Yogyakarta, 1 Juni 2024
Yang tercinta
Ibu Nurul Jazilah
SMP Muhammadiyah 1 Sidoarjo
di Sidoarjo
Assalamualaikum wr.wb
Salam sejahtera Ibu Nurul, Bagaimana kabar Ibu dan
keluarga? Semoga selalu baik disana.
Apakah Ibu masih mengingat saya? Saya alumni tahun
2011, dulu saya duduk di kelas 9E bersama Nadya, GP dan Tyas apakah Ibu masih
mengingat mereka? Semoga Ibu masih ingat dengan kami.
Tidak terasa sudah beberapa tahun lalu saya
meninggalkan bangku SMP, namun kenangan yang tertanam masih cukup kuat. Sekarang
Ibu menjadi wali kelas kelas berapa? Saya ingat ketika pertama kali Ibu masuk ke
kelas 9E, Ibu mengatakan bahwa itu merupakan pengalaman pertama menjadi wali
kelas yang campuran cewek-cowok, biasanya Ibu menjadi wali di kelas yang satu
kelas cowok semua. Ibu merasa senang. Saya juga, setelah beberapa hari mengajar,
kami baru tau bahwa Ibu sangat perhatian terhadap anak didiknya dan saya
bersyukur, menjadi salah satu murid yang sangat dekat dengan Ibu. Saya
masih ingat bagaimana awal kedekatan saya dengan Ibu, ketika pelajaran Bahasa
Indonesia, tiba-tiba Ibu menjodoh-jodohkan saya dengan salah satu teman sekelas. Awalnya, saya
kaget bagaimana Ibu bisa tahu, tapi ternyata dia yang bercerita. Sejak saat
itu, Ibu menjadi sering sms saya. Gara-gara Ibu sering meledek saya, akhirnya saya terjangkit cinta monyet. Hahaha. Dan saya juga masih ingat, Ibu tidak suka jika
kami, “anak-anak”nya membalas sms dengan kata “nggak” saya pernah mendapat
teguran dari Ibu, ketika itu saya membalas sms Ibu dengan “nggak Bu” kemudian
Ibu membalas “Gunakan “ndak” atau “tidak” mbak” Maafkan saya Bu, saat itu saya
baru pertama kali sms-an dengan guru, jadi saya masih kagok. Selain itu, Ibu juga pernah mengatakan bahwa siapa yang
mengirim sms di hari lebaran, maka akan mendapat nilai tambah dibidang menulis.
Oleh sebab itu, dahulu setiap ada hari penting saya selalu mengirim sms kepada
Ibu karena saya ingin mendapat nilai tambahan. Hehehe.
Saya sangat bersyukur pernah mendaapat kesempatan
mempunyai wali kelas seperti Bu Nurul, jika ada pemilihan wali kelas terbaik
selama saya sekolah, pemenangnya pasti akan jatuh ketangan Ibu. Ibu bisa
memposisikan diri menjadi wali kelas, sahabat dan juga ibu bagi anak-anaknya.
Tak heran banyak teman-teman saya yang sering curhat ke Ibu, dibandingkan ke
guru BK. Saya dan teman-teman dulu merasa heran, bagaimana Ibu bisa mengetahui
jika siswa-siswanya sedang ada masalah atau kelas sedang tidak akur. Jika
teman-teman bertanya “Bu Nurul tau darimana?” Pasti jawaban Ibu “Dari jempol
Ibu” sejak saat itu jika Ibu menebak-nebak masalah kami, kami akan berseloroh
“Tau dari jempol ya Bu”
Jujur ya Bu, dulu saya dan beberapa teman pernah merasa
risih karena kami menganggap bahwa Ibu selalu ingin tahu masalah kami, Kini
saya sadar bahwa Ibu hanya ingin menjadi wali kelas yang baik dan dekat dengan
anak-anaknya. Dan kini saya merindukannya.
Tidak hanya perhatian ibu yang menjadi kenangan
saya, tugas-tugas yang Ibu berikan pun menjadi bekal saya di SMA, seperti tugas
resensi dan mencatat buku apa yang sudah dibaca selama seminggu. Karena di SMA,
saya diharuskan membuat resensi 3 buku setiap semesternya dan di kelas 12 saya
mendapat tugas yang tidak jauh berbeda dengan tugas Ibu dulu yaitu mencatat
buku apa yang sudah say abaca selama 3 tahun. Dengan bekal dari SMP, saya sudah
mempunyai gambaran untuk mengerjakannya. Tugas Ibu yang lain adalah drama, saya
waktu itu sekelompok dengan Nadya, GP, Tyas, Citra dan Alviansyah. Untuk
menampilkan yang terbaik kami berlatih sampai pukul 21:00 di rumah saya.
Meskipun lelah, namun kami cukup puas karena esoknya kami berhasil menampilkan
yang terbaik dan mendapat pujian dari Ibu.
Ketika SMA, saya harus pindah ke lain provinsi. H-1
kepindahan, saya sedang ada masalah dengan seseorang, lalu Ibu sms saya
dan menanyakan ada apa dengan kami, waktu itu saya sangat kesal karena Ibu ikut
campur dengan masalah saya, tapi lagi-lagi kini saya rindu. Saya rindu memiliki dua orang Ibu yang sama-sama perhatian. Ketika hari H saya pindah, Ibu juga sempat sms saya
mengucapkan hati-hati. Terimakasih, Bu.
Ketika di SMA, saya tidak menemukan sosok guru
seperti Ibu. Saya mulai belajar mandiri dan guru-pun tidak terlalu mengawasi
siwa-siswanya, mungkin karena jika sudah masuk SMA kita dianggap mulai beranjak
dewasa. Awal masuk SMA saya merasa sendirian karena memang sekolah saya jauh,
tidak ada satupun teman dari SMP. Saya belajar untuk beradaptasi, SMA sungguh
berbeda dengan dengan SMP, Bu. Aturan disini lumayan ketat, seperti harus
menggunakan sepatu pantofel hitam tidak boleh ada warna lain. Padahal, ketika
SMP saya memakai sepatu dengan warna sesuka saya. Masa MOS-nya juga mengejutkan buat
saya, namun memberikan pengalaman menarik dan pelajaran berharga.
Selama di Purworejo, saya selalu menanti liburan
karena hanya saat liburan saya bisa pulang ke Sidoarjo. Saya senang jika ke
Sidoarjo lalu berkunjung ke sekolah bersama teman-teman. Sebenarnya saya sangat
ingin ke rumah Ibu, namun karena faktor jarak alhasil keinginan itu harus ditunda.
Saya melalui masa SMA yang lumayan menyenangkan,
walaupun saat SMA saya berpikir dimana sisi menarik dan menyenangkannya dari
SMA, karena tugas menumpuk dan banyak ulangan. Apalagi, ketika kelas 12, TUC dan
ujian berturut-turut. Ditambah les setiap hari demi mendapat nilai bagus untuk
bekal ke perguruan tinggi. Alhamdulillah, perjuangan saya tidak sia-sia. Saya
berhasil masuk ke universitas yang saya idamkan dari kecil, Universitas Gajah
Mada. Saya mengambil Hukum dan Alhamdulillah saya bisa masuk melalui SNMPTN,
saat itu SNMPTN adalah jalur undangan tanpa tes. Tugas-tugas yang didapatkan
ketika saya SMP dan SMA benar-benar membantu saya di perkuliahan, contohnya
ketika SMA guru Bahasa Indonesia saya memberikan tugas untuk seminar kelas,
Jadi kami melakukan seminar seolah seminar sungguhan, namun hanya dalam lingkup
sekolah. Mungkin, Ibu bisa mencoba memberikan tugas tersebut kepada siswa-siwa
Ibu sekarang, agar mereka sudah mendapat gambaran mengenai seminar sejak dini.
Saya berhasil menyelesaikan S1 tepat waktu.
Setelah lulus dari Fakultas Hukum UGM, saya melamar kerja di salah satu
instansi periklanan menjadi seorang copy writer. Demi mendapatkan pekerjaan
ini, saya mengambil kursus Bahasa Inggris untuk menambah kemampuan saya
berbahasa Inggris. Awal bekerja, saya sempat merasa lelah dengan
deadline-deadline yang diajukan klien. Namun, pada akhirnya saya menikmati
pekerjaan tersebut.
Setelah satu tahun bekerja dan mempunyai tabungan yang
cukup, saya melanjutkan s2 di salah satu universitas di Prancis, mengambil
jurusan Hubungan Internasional. Kehidupan di Paris sungguh menyenangkan, Bu.Akhirnya saya bisa merasakan dinginnya winter dan melihat salju secara langsung. Mimpi saya untuk melihat menara eiffel dari dekat, akhirnya terwujud. Alhamdulillah.
Ketika liburan awal semester saya sempat kembali ke
tanah air, Alhamdulillah saya bertemu dengan jodoh saya, tak lama kemudian
kami menikah dan tinggal di Paris sampai saya selesai menyelesaikan studi
saya.Suami saya juga melanjutkan studinya di negara tersebut.
Sekarang, keluarga kecil saya tinggal di Yogyakarta.
Saya sudah dikarunai seorang putri bernama Queisha Fairuz yang kini berusia 3 tahun. Alhamdulillah,
sepulang dari Paris saya dan suami langsung mendapat tawaran pekerjaan. Kini saya dan suami sama-sama bekerja di sebuah perusahaan BUMN.
Lewat surat ini saya ingin menyampaikan terimakasih
atas bimbingan dan bekal yang Ibu berikan sewaktu saya SMP. Nanti kalau ada
waktu, saya akan pulang ke Sidoarjo dan insyaAllah bersilaturahmi ke rumah Ibu,
sekaligus mengenalkan suami dan anak saya.
Sekian surat yang dapat saya sampaikan, apabila ada kata-kata yang menyinggung perasaan Ibu, saya mohon maaf. Semoga kita dapat berjumpa kembali dalam keadaan sehat wal afiat
Ananda,
Annisa Nurawalin Sulistyo
0 komentar:
Post a Comment