Sunday, April 7, 2019

Melepas Status Mahasiswa

Diposkan oleh A L I N di 6:08 PM 0 komentar

              Sudah lama sekali tidak menulis di blog karena tidak tau mau nulis apa hehe. Akhirnya, muncul ide juga apa yang mau diceritain kali ini. Sesuai judulnya, aku mau cerita tentang perjalanan melepas status mahasiswa.

                Setelah 4 tahun lebih 1 bulan akhirnya aku wisuda juga. Awalnya sempat pesimis bisa lulus tepat waktu, karena lika-liku skripsi yang lumayan panjang dan melelahkan. Meskipun, masuk kategori lulus tepat waktu, bukan berarti proses membuat skripsiku tidak ada hambatan sama sekali. Seperti banyak cerita orang-orang, pasti ada aja hal tak terduga yang terjadi selama proses pembuatan skripsi. Baik dari faktor internal maupun eksternal. Pembuatan skripsiku juga tidak secepat yang dikira, bahkan menurutku udah termasuk lama dibandingkan dengan teman-temanku yang wisuda terlebih dulu. Aku mengajukan judul skripsi bulan November tahun 2017. Alhamdulillah pengajuan  judul lancar, langsung mendapat persetujuan dari ketua departemen, walaupun sempat dikomentarin. Karena temanku ada yang judulnya tidak diterima, sampai harus mengajukan berkali-kali. Jadi, sistem di fakultasku adalah mengajukan judul ke ketua departemen prodi, setelah disetujui maka akan dipilihkan dosen yang sekiranya berkompeten mengenai kasus yang kita ambil untuk menjadi pembimbing.

                Pengajuan judulku memang cukup sehari, tapi karena sempat mendapat komentar yang agak tidak enak. Maka, aku ragu-ragu untuk menemui dosen pembimbingku. Takut makin dihujat atau disuruh ganti judul. Akhirnya aku menunda untuk bertemu selama 2 (dua) bulan. Selama itu juga  tidak ada progress apapun dari skripsiku, aku masih sibuk kuliah, UAS dan pulang ke Sidoarjo. Akhir Januari, mulai kepikiran kalau aku takut terus, kapan lulusnya? Setelah libur semester 7 berakhir, aku memberanikan diri untuk bertemu dosen pembimbingku. Ternyata, ibu-nya baik banget dan enak diajak diskusi. Sampe kepikiran, kenapa nggak dari awal aja aku ketemunya biar cepet beres. Pertemuan pertama, beliau meminta untuk dibuatkan outline terkait judul penelitianku. Setelah revisi outline sebanyak dua kali,kemudian lanjut ke proposal. Pembuatan proposal aku tunda-tunda karena di semester 8 aku masih mengulang mata kuliah. Jadi, sempat bentrok dengan UTS dan tugas-tugas kuliah. Ternyata revisi proposal memakan waktu lebih lama yang mengakibatkan penyesalan lagi. Hidupku emang kebanyakan penyesalannya, tapi nggak berubah. Hadeh. 

                Setelah revisi berkali-kali, akhirnya diizinkan untuk melakukan penelitian. Di fase ini aku lumayan senang, karena akhirnya skripsiku berprogress juga. Tapi, melakukan penelitian tidak semudah yang aku bayangkan, yaitu nyari responden, wawancara narasumber, mengolah data, lalu selesai. Untuk mendapat izin penelitian, ada birokrasi yang harus dilewati dan memakan waktu yang sangat lama, bikin emosi dan kesel juga. Selama 1 (satu) bulan setengah, skripsiku mandeg karena tidak ada kepastian dari tempat aku melakukan penelitian. Ketika  melihat teman-teman yang  mulainya bareng aku, tapi mereka udah selesai penelitian dan mulai nulis bab pembahasan itu bikin aku stress. Apalagi, ketika teman-teman dekatku satu persatu sidang untuk wisuda di bulan Mei, aku makin stress. 

                Penantian panjangku akhirnya memperoleh kepastian, urusan menunggu izin penelitian berakhir, langsung ngebut mencari data. Kenapa ngebut? Karena izin penelitian yang aku ajukan di surat izin mulai dari awal Mei sampai awal Juni, namun izin penelitian baru disetujui akhir Mei dan itu mepet sama jadwal mudik. Alhasil cuma punya waktu sekitar seminggu untuk mencari data responden dan narasumber. Waktu itu bener-bener sibuk dan capek, karena data respondenku tidak hanya di satu tempat. Dalam seminggu aku berpindah-pindah kota. Bahkan sampai tidak merasa spesial ketika ulang tahun saking hectic-nya. Tapi, emang ulang tahunku tidak pernah spesial. Selama mencari data, ada aja hal yang terjadi. Pernah salah turun stasiun, kirain udah sampe ternyata masih satu stasiun lagi. Untungnya, keretanya belum jalan jadi bisa naik lagi, meskipun malu dilihatin penumpang yang lain.  Pernah juga, waktu habis dari Klaten, motorku yang aku parkir di depan stasiun Tugu dikempesin dan dikasih stiker pelanggaran parkir. Padahal, paginya itu masih jadi tempat parkir, ada tukang parkir dan banyak motor yang parkir. Waktu aku pulang, tinggal motorku doang. Hahaha. Sebenarnya, yang paling aku khawatirkan dari proses mencari data adalah wawancara narasumber, karena menurut penuturan mbak-mbak pegawai disana, Ibunya lumayan tegas.  Jadi agak takut juga. Alhamdulillah, lagi-lagi ketakutanku tidak terjadi, ternyata Ibunya baik dan friendly. Proses wawancarapun berlangsung lancar. 

                Hal tak terduga lainnya adalah sebelum penelitian, Dosen Pembimbingku tiba-tiba ngabarin bakal cuti naik haji selama dua bulan. Emang ada-ada aja ya masalah skripsi ini. Akhirnya, selesai lebaran aku langsung rutin ngisi absen di perpustakaan. Tiap hari aku ngerjain, biar bisa daftar sidang di bulan Juli untuk wisuda Agustus. Manusia berusaha, tapi Allah berkehendak lain. Dosen pembimbingku tidak menyanggupi, karena memang waktu yang sangat mepet. Saat itu, aku rasanya sedih dan kecewa. Bukan karena aku gagal wisuda Agustus, tapi karena orang tuaku harus bayar UKT lagi. Aku nangis seharian, kecewa sama diri sendiri. Sejak skripsian moodku jadi super sensitif, dikit-dikit nangis dan kebawa sampai sekarang.  Tapi untungnya aku punya orang-orang baik yang bisa diajakin cerita. 

                Everything happens for a reason itu benar adanya, setelah tidak bisa wisuda Agustus dan akan nganggur selama sebulan lebih. Akhirnya aku memutuskan untuk magang. Fakultasku memang tidak ada sks untuk magang, jadi selama kuliah aku belum pernah magang, akhirnya ada kesempatan untuk magang selama sebulan. Lumayan menambah pengalaman. Ketika dosen pembimbingku pulang dari ibadah haji, rasanya semua berjalan dengan cepat. Beliau biasanya susah ditemui, sekarang tiap hari bisa ketemu. Revisi yang biasanya membutuhkan waktu berminggu-minggu, saat itu sehari juga selesai. Pokoknya jadi baik dan hanya butuh waktu sebulan untuk aku revisi dari bab 2 (dua) sampai bab 5 (lima). Kemudian, akhirnya hal yang dinanti-nanti tiba juga, ketika Ibu Dosbing bilang “udah daftar aja, jangan kelamaan ya daftarnya. Nanti saya hubungi sekretaris departemen” wow. Seneng sih, tapi panik juga. Dalam waktu dua atau tiga hari aku mempersiapkan berkas-berkas persyaratan untuk daftar sidang.

                Akhirnya, hari yang aku tunggu selama 4 (empat) tahun kuliah datang juga. Nggak nyangka bisa sampai ditahap ini, karena awal kuliah merasa salah jurusan dan keteteran banget, jadi merasa “wow aku bisa lulus dari jurusan ini”. Sejak tau jadwal sidang sampai hari H sidang, deg-degan banget. Padahal, udah nyiapin harus ngomong apa, tapi tetep aja takut kalau nggak bisa jawab gimana dan ketakutanku pun terbukti, aku kalau nervous pasti jadi blank. Huhuhu. Apalagi, salah satu dosen pengujiku terkenal galak, makin nervous lah aku ketika beliau bertanya. Untungnya, dosen yang lain baik-baik banget. Keluar ruangan aku langsung nangis, takut nggak lulus. Emang hidupku dikit-dikit nangis kayanya. Tapi, Alhamdulillah lulus meskipun ada beberapa revisi. Surprisingly, revisiku tidak banyak. Jadi, bisa aku selesein dengan cepat. 

                Alhamdulillah, salah satu tahapan di hidup sudah terlewati. Waktu sekolah, kalau lihat berita mahasiswa depresi gara-gara skripsi  aku selalu mikir mereka berlebihan sekali. Ternyata setelah merasakan sendiri, emang kalau mentalnya tidak kuat bisa menyebabkan depresi. Untungnya orang-orang di sekelilingku pada baik, selalu support dan mau mendengarkan keluhanku. Awalnya aku juga merasa tertekan, karena orangtuaku selalu menanyakan tentang skripsi, sampai akhirnya aku sampaikan, kalau ditanya terus, aku merasa tertekan dan mereka ngerti. Sejak saat itu kalau pulang ke rumah, nggak pernah bahas skripsi kecuali aku yang mulai, padahal sebelumnya selalu bahas sampai rasanya males pulang. Dan hal itu membantu banget untuk mengurangi rasa stress ku. Jadi, semisal lagi skripsi, dan merasa mendapat tekanan dari orang terdekat, keluarga misalnya, bisa diajak ngomong baik-baik, disampaikan seperti apa perasaan kalian.
Proses ini memang merupakan awal untuk menuju ke tahapan hidup selanjutnya, tapi setidaknya aku sedikit merasa lega ketika tahapan ini sudah terlewati.

 

S U M M E R Template by Ipietoon Blogger Template | Privacy Policy | Contact Us | Punya Adek