Friday, June 21, 2019

Motivasi Untuk Pencari Kerja

Diposkan oleh A L I N di 8:57 PM 0 komentar

Setelah lulus kuliah, tentunya kita ingin bekerja di bidang yang sesuai dengan studi atau passion. Namun, ternyata mencari pekerjaan memang tidak mudah. Bayangan selesai skripsi-wisuda-dan bekerja ternyata tidak semudah itu. Mungkin ada beberapa orang setelah lulus, langsung mendapat kerja. Namun, tidak sedikit juga yang membutuhkan waktu lama untuk mendapatkan kerja. Perihal mencari pekerjaan memang sangat melelahkan, aku juga sedang mengalami masa-masa itu. Butuh motivasi yang kuat untuk tidak menyerah. Ada beberapa hal yang harus diketahui buat kamu yang sedang lelah mencari kerja


  1.      Tenang, ini semua hanya sementara

Udah berapa kali kalian memotivasi dengan ucapan “semua orang mempunyai zona waktunya sendiri-sendiri?”. Sebenarnya, kata motivasi tersebut benar adanya, percayalah kalau proses mencari pekerjaan ini akan menemui akhirnya. Seperti layaknya ketika menghadapi tugas akhir atau skripsi, melihat teman-teman yang sudah lulus duluan pasti bikin kita kepikiran kan? Namun, pada akhirnya kita bisa menyusul mereka. Jadi, memang semua orang memiliki waktunya masing-masing, jangan terlalu membandingkan diri dengan hidup orang lain. Karena hal tersebut akan terus membuat kita iri dan insecure. Tapi, jangan karena semua orang memiliki masanya, lalu kita hanya menunggu dengan pikiran “ah, ntar juga ada waktunya”. Waktu kita tidak akan tiba, kalau kita hanya diam dan tidak mau berusaha. Untuk yang muslim, ingatlah Allah tidak akan merubah  nasib suatu kaum, kecuali mereka mengubah nasib mereka sendiri.

2.       Perbanyak kegiatan lain

Selama mencari pekerjaan, tentunya banyak waktu kosong yang kita miliki. Manfaatkan waktu kosong tersebut dengan melakukan kegiatan lain. Karena kalau hanya diam saja di kamar, meratapi nasib, maka akan makin terasa stressnya dan merasa diri ini tidak ada apa-apanya. Kegiatan yang dilakukan bisa mengikuti volunteer atau kursus untuk menambah atau meningkatkan skill di suatu bidang. Bisa juga perbaiki CV dan belajar menulis surat lamaran yang menarik. 

3.       Perbanyak apply

Sebelum bertawakal, tentunya harus ikhtiar terlebih dahulu. Salah satu cara ikhtiar adalah jangan meyerah untuk mengirimkan CV dan surat lamaran setiap melihat lowongan, atau apply melalui web pencari kerja seperti jobstreet, techinasia, kalibrr, urbanhire, dll. Meskipun hal ini sudah sering dilakukan dan  tetap tidak ada panggilan, tidak apa-apa. Karena kita tidak tau ada di usaha keberapa doa kita dikabulkan. 

4.       Percaya diri

Sebenarnya poin ini juga hal yang masih harus aku pelajari, karena selama menjadi pencari kerja seringkali merasa worthless, useless dan insecure. Lalu, aku membaca salah satu artikel dari joe.co.uk, dia bilang “You are not your job, you are not worthless because you don’t have a job”. Ada pekerjaan atau tidak, pasti  akan ada orang-orang yang membutuhkan bantuan kita. Ayo, belajar untuk meningkatkan self-esteem, supaya menjadi orang yang menyenangkan dan membawa aura positif, siapatau dengan hal tersebut pekerjaan akan datang karena kita yakin dengan diri sendiri.

5.       Kamu tidak sendirian


Berdasarkan catatan dari Badan Pusat Statistik tingkat pengangguran di Indonesia per Februari 2019 ada di angka 5,01 persen yang artinya ada 6,82 juta orang (sumber: CNN Indonesia)  masih berjuang untuk mencari pekerjaan. Ingatlah, kamu tidak sendirian dalam perjuangan ini, banyak orang yang merasakan hal yang sama. Jadi, jangan merasa diri ini adalah orang yang paling menderita, tapi jika memang kamu merasa terlalu stress, cari teman yang bisa membantu dan mau mendengarkan. Biasanya kita akan merasa nyaman bercerita dengan teman yang senasib, karena merasa mereka mengerti apa yang kita rasakan. Jangan ragu untuk saling berbagi dan menguatkan. 

6.       Pray

Last but not least berdoa. Sepertinya hal ini sudah menjadi saran setiap orang, udah hapal kalau kita ujung-ujungnya jangan lupa berdoa. Tidak dipungkiri sih kekuatan doa memang berpengaruh, namun sambil berusaha ya. Karena, Allah yang paling tau apa yang terbaik untuk hambaNya, jadi rayu-rayu saja Allah terus menerus untuk mengabulkan doa kita.

Percayalah, bahwa perjuangan ini akan berujung baik selama kita tidak menyerah untuk terus mencoba, memperbaiki diri dan terus berdoa. Mungkin memang membutuhkan waktu berminggu-minggu, berbulan-bulan untuk bisa menerima keadaan atau bertemu dengan jodoh pekerjaan yang kita inginkan, tapi ini semua akan berakhir. Kalau terlalu lelah dan stress, beristirahatlah sejenak, lakukan hal yang menyenangkan, lalu ketika sudah merasa membaik kembalilah berjuang. Semoga aku dan kalian yang sedang berjuang dapat segera menghembuskan nafas lega karena tercapainya keinginan kita. Semangat!

Thursday, May 23, 2019

(Review) Softex Celana Menstruasi, Anti Bocor Siang dan Malam

Diposkan oleh A L I N di 8:58 PM 0 komentar

Pernah nggak sih ada pikiran, pengen pakai pampers yang bentuknya celana saat menstruasikarena kayanya terasa lebih nyaman dan nggak bakalan takut mengkerut atau geser dan bikin bocor? Saat ini keinginan tersebut dapat terwujud, karena Softex mengeluarkan produk terbaru berupa celana menstruasi. Iya, bentuknya kaya pampers celana dan ini merupakan celana menstruasi pertama di Indonesia. Karena penasaran dan kebetulan lagi menstruasi, maka kemarin aku nyoba.



Klaim dari produk ini adalah anti bocor dan bebas gerak siang dan malam, jadi ini bisa digunakan untuk malam hari ketika tidur atau siang ketika banyak aktifitas. Klaim lainnya adalah daya serapnya 3x dari pembalut panjang, dibandingkan dengan daya serap pembalut softex 36 cm. untuk perempuan yang memiliki volume darah keluar yang banyak, tentu klaim ini sangat menggiurkan. Karena pembalut panjang adalah sahabat kita, dan ini memiliki daya serap lebih besar dari pembalut panjang. Lalu apakah klaim tersebut terbukti? Setelah aku coba untuk pemakaian di malam hari pada hari ke-dua menstruasi, aku merasa pembalut ini sangat nyaman. Hari ke-dua adalah saat darah yang keluar sedang banyak-banyaknya, biasanya ketika malam aku akan bangun berkali-kali karena takut bocor. Namun, ketika memakai celana menstruasi aku hanya bangun sekali dan tidak merasa khawatir bocor, karena ketika dipakai sangat nyaman dan tidak perlu khawatir mengkerut, rasanya seperti pakai celana dalam biasa.  Selain itu, biasanya ketika memakai pembalut malam, bagian belakang dari pembalut sering kali rusak atau brudul karena kita terlalu banyak gerak ketika tidur, namun hal tersebut tidak terjadi ketika aku memakai produk ini.

Di produknya juga tercantum bahwa celana menstruasi ini memiliki ukuran all size, dengan tambahan tulisan  "pas untuk celana panjang no 26-30". Aku sempat khawatir, tidak muat ketika memakai karena ukuran paha ku yang besar, tapi ternyata kekhawatiranku tidak terbukti. Celana ini memiliki karet yang kuat dan lentur. Jadi, tidak perlu khawatir kalau tidak muat. Btw, terakhir mengukur celana jeans ukuran celanaku 32 Hahaha. 
 

Lalu cara membuangnya bagaimana? Pada kemasan bagian belakang juga tercantum cara pembuangannya, yaitu sobek bagian bawah celana, dilipat lalu digulung. Jadi, celana menstruasi ini dibungkus oleh kemasan seperti kasa tipis. Kalau bisa, kemasan tersebut disimpan dahulu, sehingga dapat digunakan untuk memasukan celana yang sudah dipakai. Meskipun di produknya tercantum bahwa celana dapat disobek, ketika aku coba agak sulit untuk merobeknya. Hal ini menunjukan bahwa celana ini tidak mudah robek.

Untuk harganya, aku membeli di swalayan dekat rumah dengan harga Rp. 14.000, di shopee dijual dengan harga Rp. 16.000-17.000 untuk satu bungkus yang berisi 2 pieces. Lumayan mahal juga, namun tentu ada harga ada kualitas.

Secara keseluruhan aku suka dengan produk ini, karena nyaman ketika dipakai, dan aman tanpa takut akan mengkerut atau bergeser. Mungkin, dapat menjadi alternatif ketika travelling di hari-hari awal menstruasi atau untuk olahraga. Tapi, meskipun tidak mudah bocor, bukan berarti kita tidak perlu menggantinya dalam waktu lama. Tetap harus diganti setiap 4-6 jam sekali (tergantung seberapa deras aliran darah yang keluar) untuk menjaga kesehatan dan kebersihan vagina, juga untuk mencegah terjadinya iritasi.  

Sunday, April 7, 2019

Melepas Status Mahasiswa

Diposkan oleh A L I N di 6:08 PM 0 komentar

              Sudah lama sekali tidak menulis di blog karena tidak tau mau nulis apa hehe. Akhirnya, muncul ide juga apa yang mau diceritain kali ini. Sesuai judulnya, aku mau cerita tentang perjalanan melepas status mahasiswa.

                Setelah 4 tahun lebih 1 bulan akhirnya aku wisuda juga. Awalnya sempat pesimis bisa lulus tepat waktu, karena lika-liku skripsi yang lumayan panjang dan melelahkan. Meskipun, masuk kategori lulus tepat waktu, bukan berarti proses membuat skripsiku tidak ada hambatan sama sekali. Seperti banyak cerita orang-orang, pasti ada aja hal tak terduga yang terjadi selama proses pembuatan skripsi. Baik dari faktor internal maupun eksternal. Pembuatan skripsiku juga tidak secepat yang dikira, bahkan menurutku udah termasuk lama dibandingkan dengan teman-temanku yang wisuda terlebih dulu. Aku mengajukan judul skripsi bulan November tahun 2017. Alhamdulillah pengajuan  judul lancar, langsung mendapat persetujuan dari ketua departemen, walaupun sempat dikomentarin. Karena temanku ada yang judulnya tidak diterima, sampai harus mengajukan berkali-kali. Jadi, sistem di fakultasku adalah mengajukan judul ke ketua departemen prodi, setelah disetujui maka akan dipilihkan dosen yang sekiranya berkompeten mengenai kasus yang kita ambil untuk menjadi pembimbing.

                Pengajuan judulku memang cukup sehari, tapi karena sempat mendapat komentar yang agak tidak enak. Maka, aku ragu-ragu untuk menemui dosen pembimbingku. Takut makin dihujat atau disuruh ganti judul. Akhirnya aku menunda untuk bertemu selama 2 (dua) bulan. Selama itu juga  tidak ada progress apapun dari skripsiku, aku masih sibuk kuliah, UAS dan pulang ke Sidoarjo. Akhir Januari, mulai kepikiran kalau aku takut terus, kapan lulusnya? Setelah libur semester 7 berakhir, aku memberanikan diri untuk bertemu dosen pembimbingku. Ternyata, ibu-nya baik banget dan enak diajak diskusi. Sampe kepikiran, kenapa nggak dari awal aja aku ketemunya biar cepet beres. Pertemuan pertama, beliau meminta untuk dibuatkan outline terkait judul penelitianku. Setelah revisi outline sebanyak dua kali,kemudian lanjut ke proposal. Pembuatan proposal aku tunda-tunda karena di semester 8 aku masih mengulang mata kuliah. Jadi, sempat bentrok dengan UTS dan tugas-tugas kuliah. Ternyata revisi proposal memakan waktu lebih lama yang mengakibatkan penyesalan lagi. Hidupku emang kebanyakan penyesalannya, tapi nggak berubah. Hadeh. 

                Setelah revisi berkali-kali, akhirnya diizinkan untuk melakukan penelitian. Di fase ini aku lumayan senang, karena akhirnya skripsiku berprogress juga. Tapi, melakukan penelitian tidak semudah yang aku bayangkan, yaitu nyari responden, wawancara narasumber, mengolah data, lalu selesai. Untuk mendapat izin penelitian, ada birokrasi yang harus dilewati dan memakan waktu yang sangat lama, bikin emosi dan kesel juga. Selama 1 (satu) bulan setengah, skripsiku mandeg karena tidak ada kepastian dari tempat aku melakukan penelitian. Ketika  melihat teman-teman yang  mulainya bareng aku, tapi mereka udah selesai penelitian dan mulai nulis bab pembahasan itu bikin aku stress. Apalagi, ketika teman-teman dekatku satu persatu sidang untuk wisuda di bulan Mei, aku makin stress. 

                Penantian panjangku akhirnya memperoleh kepastian, urusan menunggu izin penelitian berakhir, langsung ngebut mencari data. Kenapa ngebut? Karena izin penelitian yang aku ajukan di surat izin mulai dari awal Mei sampai awal Juni, namun izin penelitian baru disetujui akhir Mei dan itu mepet sama jadwal mudik. Alhasil cuma punya waktu sekitar seminggu untuk mencari data responden dan narasumber. Waktu itu bener-bener sibuk dan capek, karena data respondenku tidak hanya di satu tempat. Dalam seminggu aku berpindah-pindah kota. Bahkan sampai tidak merasa spesial ketika ulang tahun saking hectic-nya. Tapi, emang ulang tahunku tidak pernah spesial. Selama mencari data, ada aja hal yang terjadi. Pernah salah turun stasiun, kirain udah sampe ternyata masih satu stasiun lagi. Untungnya, keretanya belum jalan jadi bisa naik lagi, meskipun malu dilihatin penumpang yang lain.  Pernah juga, waktu habis dari Klaten, motorku yang aku parkir di depan stasiun Tugu dikempesin dan dikasih stiker pelanggaran parkir. Padahal, paginya itu masih jadi tempat parkir, ada tukang parkir dan banyak motor yang parkir. Waktu aku pulang, tinggal motorku doang. Hahaha. Sebenarnya, yang paling aku khawatirkan dari proses mencari data adalah wawancara narasumber, karena menurut penuturan mbak-mbak pegawai disana, Ibunya lumayan tegas.  Jadi agak takut juga. Alhamdulillah, lagi-lagi ketakutanku tidak terjadi, ternyata Ibunya baik dan friendly. Proses wawancarapun berlangsung lancar. 

                Hal tak terduga lainnya adalah sebelum penelitian, Dosen Pembimbingku tiba-tiba ngabarin bakal cuti naik haji selama dua bulan. Emang ada-ada aja ya masalah skripsi ini. Akhirnya, selesai lebaran aku langsung rutin ngisi absen di perpustakaan. Tiap hari aku ngerjain, biar bisa daftar sidang di bulan Juli untuk wisuda Agustus. Manusia berusaha, tapi Allah berkehendak lain. Dosen pembimbingku tidak menyanggupi, karena memang waktu yang sangat mepet. Saat itu, aku rasanya sedih dan kecewa. Bukan karena aku gagal wisuda Agustus, tapi karena orang tuaku harus bayar UKT lagi. Aku nangis seharian, kecewa sama diri sendiri. Sejak skripsian moodku jadi super sensitif, dikit-dikit nangis dan kebawa sampai sekarang.  Tapi untungnya aku punya orang-orang baik yang bisa diajakin cerita. 

                Everything happens for a reason itu benar adanya, setelah tidak bisa wisuda Agustus dan akan nganggur selama sebulan lebih. Akhirnya aku memutuskan untuk magang. Fakultasku memang tidak ada sks untuk magang, jadi selama kuliah aku belum pernah magang, akhirnya ada kesempatan untuk magang selama sebulan. Lumayan menambah pengalaman. Ketika dosen pembimbingku pulang dari ibadah haji, rasanya semua berjalan dengan cepat. Beliau biasanya susah ditemui, sekarang tiap hari bisa ketemu. Revisi yang biasanya membutuhkan waktu berminggu-minggu, saat itu sehari juga selesai. Pokoknya jadi baik dan hanya butuh waktu sebulan untuk aku revisi dari bab 2 (dua) sampai bab 5 (lima). Kemudian, akhirnya hal yang dinanti-nanti tiba juga, ketika Ibu Dosbing bilang “udah daftar aja, jangan kelamaan ya daftarnya. Nanti saya hubungi sekretaris departemen” wow. Seneng sih, tapi panik juga. Dalam waktu dua atau tiga hari aku mempersiapkan berkas-berkas persyaratan untuk daftar sidang.

                Akhirnya, hari yang aku tunggu selama 4 (empat) tahun kuliah datang juga. Nggak nyangka bisa sampai ditahap ini, karena awal kuliah merasa salah jurusan dan keteteran banget, jadi merasa “wow aku bisa lulus dari jurusan ini”. Sejak tau jadwal sidang sampai hari H sidang, deg-degan banget. Padahal, udah nyiapin harus ngomong apa, tapi tetep aja takut kalau nggak bisa jawab gimana dan ketakutanku pun terbukti, aku kalau nervous pasti jadi blank. Huhuhu. Apalagi, salah satu dosen pengujiku terkenal galak, makin nervous lah aku ketika beliau bertanya. Untungnya, dosen yang lain baik-baik banget. Keluar ruangan aku langsung nangis, takut nggak lulus. Emang hidupku dikit-dikit nangis kayanya. Tapi, Alhamdulillah lulus meskipun ada beberapa revisi. Surprisingly, revisiku tidak banyak. Jadi, bisa aku selesein dengan cepat. 

                Alhamdulillah, salah satu tahapan di hidup sudah terlewati. Waktu sekolah, kalau lihat berita mahasiswa depresi gara-gara skripsi  aku selalu mikir mereka berlebihan sekali. Ternyata setelah merasakan sendiri, emang kalau mentalnya tidak kuat bisa menyebabkan depresi. Untungnya orang-orang di sekelilingku pada baik, selalu support dan mau mendengarkan keluhanku. Awalnya aku juga merasa tertekan, karena orangtuaku selalu menanyakan tentang skripsi, sampai akhirnya aku sampaikan, kalau ditanya terus, aku merasa tertekan dan mereka ngerti. Sejak saat itu kalau pulang ke rumah, nggak pernah bahas skripsi kecuali aku yang mulai, padahal sebelumnya selalu bahas sampai rasanya males pulang. Dan hal itu membantu banget untuk mengurangi rasa stress ku. Jadi, semisal lagi skripsi, dan merasa mendapat tekanan dari orang terdekat, keluarga misalnya, bisa diajak ngomong baik-baik, disampaikan seperti apa perasaan kalian.
Proses ini memang merupakan awal untuk menuju ke tahapan hidup selanjutnya, tapi setidaknya aku sedikit merasa lega ketika tahapan ini sudah terlewati.

 

S U M M E R Template by Ipietoon Blogger Template | Privacy Policy | Contact Us | Punya Adek