Saturday, December 21, 2013

Letter from the Future- Surat Pribadi untuk Guru

Diposkan oleh A L I N di 7:41 PM

Yogyakarta, 1 Juni 2024

Yang tercinta
Ibu Nurul Jazilah
SMP Muhammadiyah 1 Sidoarjo
di Sidoarjo 



Assalamualaikum wr.wb
Salam sejahtera Ibu Nurul, Bagaimana kabar Ibu dan keluarga? Semoga selalu baik disana.

Apakah Ibu masih mengingat saya? Saya alumni tahun 2011, dulu saya duduk di kelas 9E bersama Nadya, GP dan Tyas apakah Ibu masih mengingat mereka? Semoga Ibu masih ingat dengan kami.



Tidak terasa sudah beberapa tahun lalu saya meninggalkan bangku SMP, namun kenangan yang tertanam masih cukup kuat. Sekarang Ibu menjadi wali kelas kelas berapa?  Saya ingat ketika pertama kali Ibu masuk ke kelas 9E, Ibu mengatakan bahwa itu merupakan pengalaman pertama menjadi wali kelas yang campuran cewek-cowok, biasanya Ibu menjadi wali di kelas yang satu kelas cowok semua. Ibu merasa senang. Saya juga, setelah beberapa hari mengajar, kami baru tau bahwa Ibu sangat perhatian terhadap anak didiknya dan saya bersyukur, menjadi salah satu murid yang sangat dekat dengan Ibu. Saya masih ingat bagaimana awal kedekatan saya dengan Ibu, ketika pelajaran Bahasa Indonesia, tiba-tiba Ibu menjodoh-jodohkan saya dengan salah satu teman sekelas. Awalnya, saya kaget bagaimana Ibu bisa tahu, tapi ternyata dia yang bercerita. Sejak saat itu, Ibu menjadi sering sms saya. Gara-gara Ibu sering meledek saya, akhirnya saya terjangkit cinta monyet. Hahaha. Dan saya juga masih ingat, Ibu tidak suka jika kami, “anak-anak”nya membalas sms dengan kata “nggak” saya pernah mendapat teguran dari Ibu, ketika itu saya membalas sms Ibu dengan “nggak Bu” kemudian Ibu membalas “Gunakan “ndak” atau “tidak” mbak” Maafkan saya Bu, saat itu saya baru pertama kali sms-an dengan guru, jadi saya masih kagok. Selain itu, Ibu juga pernah mengatakan bahwa siapa yang mengirim sms di hari lebaran, maka akan mendapat nilai tambah dibidang menulis. Oleh sebab itu, dahulu setiap ada hari penting saya selalu mengirim sms kepada Ibu karena saya ingin mendapat nilai tambahan. Hehehe.
 
Saya sangat bersyukur pernah mendaapat kesempatan mempunyai wali kelas seperti Bu Nurul, jika ada pemilihan wali kelas terbaik selama saya sekolah, pemenangnya pasti akan jatuh ketangan Ibu. Ibu bisa memposisikan diri menjadi wali kelas, sahabat dan juga ibu bagi anak-anaknya. Tak heran banyak teman-teman saya yang sering curhat ke Ibu, dibandingkan ke guru BK. Saya dan teman-teman dulu merasa heran, bagaimana Ibu bisa mengetahui jika siswa-siswanya sedang ada masalah atau kelas sedang tidak akur. Jika teman-teman bertanya “Bu Nurul tau darimana?” Pasti jawaban Ibu “Dari jempol Ibu” sejak saat itu jika Ibu menebak-nebak masalah kami, kami akan berseloroh “Tau dari jempol ya Bu” 
Jujur ya Bu, dulu saya dan beberapa teman pernah merasa risih karena kami menganggap bahwa Ibu selalu ingin tahu masalah kami, Kini saya sadar bahwa Ibu hanya ingin menjadi wali kelas yang baik dan dekat dengan anak-anaknya. Dan kini saya merindukannya. 

Tidak hanya perhatian ibu yang menjadi kenangan saya, tugas-tugas yang Ibu berikan pun menjadi bekal saya di SMA, seperti tugas resensi dan mencatat buku apa yang sudah dibaca selama seminggu. Karena di SMA, saya diharuskan membuat resensi 3 buku setiap semesternya dan di kelas 12 saya mendapat tugas yang tidak jauh berbeda dengan tugas Ibu dulu yaitu mencatat buku apa yang sudah say abaca selama 3 tahun. Dengan bekal dari SMP, saya sudah mempunyai gambaran untuk mengerjakannya. Tugas Ibu yang lain adalah drama, saya waktu itu sekelompok dengan Nadya, GP, Tyas, Citra dan Alviansyah. Untuk menampilkan yang terbaik kami berlatih sampai pukul 21:00 di rumah saya. Meskipun lelah, namun kami cukup puas karena esoknya kami berhasil menampilkan yang terbaik dan mendapat pujian dari Ibu. 

Ketika SMA, saya harus pindah ke lain provinsi. H-1 kepindahan, saya sedang ada masalah dengan seseorang, lalu Ibu sms saya dan menanyakan ada apa dengan kami, waktu itu saya sangat kesal karena Ibu ikut campur dengan masalah saya, tapi lagi-lagi kini saya rindu. Saya rindu memiliki dua orang Ibu yang sama-sama perhatian. Ketika hari H saya pindah, Ibu juga sempat sms saya mengucapkan hati-hati. Terimakasih, Bu.

Ketika di SMA, saya tidak menemukan sosok guru seperti Ibu. Saya mulai belajar mandiri dan guru-pun tidak terlalu mengawasi siwa-siswanya, mungkin karena jika sudah masuk SMA kita dianggap mulai beranjak dewasa. Awal masuk SMA saya merasa sendirian karena memang sekolah saya jauh, tidak ada satupun teman dari SMP. Saya belajar untuk beradaptasi, SMA sungguh berbeda dengan dengan SMP, Bu. Aturan disini lumayan ketat, seperti harus menggunakan sepatu pantofel hitam tidak boleh ada warna lain. Padahal, ketika SMP saya memakai sepatu dengan warna sesuka saya. Masa MOS-nya juga mengejutkan buat saya, namun memberikan pengalaman menarik dan pelajaran berharga. 

Selama di Purworejo, saya selalu menanti liburan karena hanya saat liburan saya bisa pulang ke Sidoarjo. Saya senang jika ke Sidoarjo lalu berkunjung ke sekolah bersama teman-teman. Sebenarnya saya sangat ingin ke rumah Ibu, namun karena faktor jarak alhasil keinginan itu harus ditunda.

Saya melalui masa SMA yang lumayan menyenangkan, walaupun saat SMA saya berpikir dimana sisi menarik dan menyenangkannya dari SMA, karena tugas menumpuk dan banyak ulangan. Apalagi, ketika kelas 12, TUC dan ujian berturut-turut. Ditambah les setiap hari demi mendapat nilai bagus untuk bekal ke perguruan tinggi. Alhamdulillah, perjuangan saya tidak sia-sia. Saya berhasil masuk ke universitas yang saya idamkan dari kecil, Universitas Gajah Mada. Saya mengambil Hukum dan Alhamdulillah saya bisa masuk melalui SNMPTN, saat itu SNMPTN adalah jalur undangan tanpa tes. Tugas-tugas yang didapatkan ketika saya SMP dan SMA benar-benar membantu saya di perkuliahan, contohnya ketika SMA guru Bahasa Indonesia saya memberikan tugas untuk seminar kelas, Jadi kami melakukan seminar seolah seminar sungguhan, namun hanya dalam lingkup sekolah. Mungkin, Ibu bisa mencoba memberikan tugas tersebut kepada siswa-siwa Ibu sekarang, agar mereka sudah mendapat gambaran mengenai seminar sejak dini.

Saya berhasil menyelesaikan S1 tepat waktu. Setelah lulus dari Fakultas Hukum UGM, saya melamar kerja di salah satu instansi periklanan menjadi seorang copy writer. Demi mendapatkan pekerjaan ini, saya mengambil kursus Bahasa Inggris untuk menambah kemampuan saya berbahasa Inggris. Awal bekerja, saya sempat merasa lelah dengan deadline-deadline yang diajukan klien. Namun, pada akhirnya saya menikmati pekerjaan tersebut. 
Setelah satu tahun bekerja dan mempunyai tabungan yang cukup, saya melanjutkan s2 di salah satu universitas di Prancis, mengambil jurusan Hubungan Internasional. Kehidupan di Paris sungguh menyenangkan, Bu.Akhirnya saya bisa merasakan dinginnya winter dan melihat salju secara langsung. Mimpi saya untuk melihat menara eiffel dari dekat, akhirnya terwujud. Alhamdulillah.

Ketika liburan awal semester saya sempat kembali ke tanah air, Alhamdulillah saya bertemu dengan jodoh saya, tak lama kemudian kami menikah dan tinggal di Paris sampai saya selesai menyelesaikan studi saya.Suami saya juga melanjutkan studinya di negara tersebut.

Sekarang, keluarga kecil saya tinggal di Yogyakarta. Saya sudah dikarunai seorang putri bernama Queisha Fairuz yang kini berusia 3 tahun. Alhamdulillah, sepulang dari Paris saya dan suami langsung mendapat tawaran pekerjaan. Kini saya dan suami sama-sama bekerja di sebuah perusahaan BUMN. 

Lewat surat ini saya ingin menyampaikan terimakasih atas bimbingan dan bekal yang Ibu berikan sewaktu saya SMP. Nanti kalau ada waktu, saya akan pulang ke Sidoarjo dan insyaAllah bersilaturahmi ke rumah Ibu, sekaligus mengenalkan suami dan anak saya. 

Sekian surat yang dapat saya sampaikan, apabila ada kata-kata yang menyinggung perasaan Ibu, saya mohon maaf. Semoga kita dapat berjumpa kembali dalam keadaan sehat wal afiat


Ananda,


Annisa Nurawalin Sulistyo




0 komentar:

Post a Comment

 

S U M M E R Template by Ipietoon Blogger Template | Privacy Policy | Contact Us | Punya Adek